Lika liku raja dangdut Rhoma Irama di pentas politik nasional


MERDEKA.COM. Liku-liku perjalanan karier Rhoma Irama menarik untuk disimak. Tak cuma moncer di dunia tarik suara, segudang film pun pernah dibintanginya dan menjadi box office pada zamannya. Bahkan Rhoma juga terjun ke dunia politik.


Sang raja dangdut, Rhoma Irama mengawali karir bermusiknya bersama sebuah band bernama Gayhand pada 1963. Tak lama kemudian Dia bergabung dengan sebuah kelompok Orkes bernama Chandra Leka. Pada 13 Oktober 1973, Rhoma memutuskan membentuk band sendiri yang diberi nama Soneta.


Melalui grup barunya itu, Rhoma mencanangkan musiknya dengan nama 'Voice of Moslem' (suara muslim), dia menyebutnya sebagai agen pembaharu musik melayu dengan unsur musik rock serta melakukan banyak improvisasi. Tak heran jika aransemen musik, syair, lirik dan penampilannya memiliki cita rasa yang berbeda dibanding dengan musik-musik yang berkembang pada masanya.


Keahliannya untuk membuat nuansa musik berbeda itu membuat sosok Rhoma makin dikenal oleh para pecinta musik. Bahkan, hasil penjualan kaset-kasetnya membuat dia meraih 11 Golden Record.


Sukses serupa juga berhasil diraih Rhoma saat terjun ke dunia sinematografi, tidak sedikit film yang diperankannya saat sedang berada di puncak karirnya. Dari data yang diluncurkan PT Perfin, hampir semua film yang dibintanginya selalu laku di pasaran.


Salah satu judul film yang paling sukses adalah Satria Bergitar, film yang dibuat dengan biaya produksi hingga Rp 750 juta itu mendapat respons besar dari para penggemarnya. Belum selesai pembuatannya, film tersebut sudah meraup keuntungan hingga Rp 400 juta.


Dari catatan hingga pertengahan 1984 lalu, dari hasil penjualan kaset hingga jumlah penonton yang melihat aktingnya di layar bioskop, jumlah penggemarnya diperkirakan mencapai 15 juta orang atau 10 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat itu.


"Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas," tulis majalah Tempo pada terbitan 30 Juni 1984 lalu. Kepada jurnalis yang meliput kiprahnya saat itu, Rhoma sempat berucap. "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh."


Dari penyanyi, pemusik dan pencipta lagu, karir Rhoma terus berkembang, ketika masa Orde Baru, dia memilih bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Keputusan itu diambil setelah ia beberapa kali menolak bergabung dengan Golkar yang membuatnya dimusuhi penguasa ketika itu.


Meski tidak aktif berpolitik, Rhoma sempat terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai utusan Golongan yang mewakili seniman dan artis pada 1993 lalu. 11 tahun kemudian, Rhoma aktif berkampanye bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu 2004.


Pada Pemilu 2014, Rhoma Irama kembali berkiprah. Dia bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Bahkan, Rhoma sempat digadang-gadang untuk menjadi capres dari PKB.


Suara PKB pun melonjak tajam. Rhoma dianggap sebagai salah satu orang yang bisa mendongkrak suara PKB yang mendapat lebih 9 persen suara sah nasional.


Namun, Rhoma Irama batal menjadi calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memutuskan berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung capres Joko Widodo (Jokowi). Rhoma pun mempertanyakan kontrak politik antara dirinya dengan Cak Imin.


Rhoma Irama pun meradang. Dia merasa dikhianati Cak Imin. Sudah mati-matian mendukung PKB tahunya malah dibohongi.


Para pendukung Rhoma Irama kecewa atas pembatalan pencapresan idolanya. Partai Kebangkitan Bangsa menarik dukungan dan berkoalisi dengan Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) yang mencapreskan Joko Widodo (Jokowi).


"Pendukung Rhoma sakit hati, mereka mati-matian, keluar tenaga, dana, untuk membesarkan PKB tanpa dihargai sedikit pun," kata Rhoma ketika dihubungi merdeka.com, Minggu (11/5) lalu.


Raja Dangdut ini menjelaskan, semua biaya kampanye dirinya untuk PKB merupakan sumbangan dari pendukungnya. Misalnya tablig akbar juga dari para pendukung, pemasangan billboard di Jawa Barat, juga dari pendukung.


"Yang namanya pembentukan posko-posko Riffori, juga atas nama pendukung dan mereka biayai, mereka menyerahkan gedung, biaya segala macam. Saya diundang meresmikan, biaya transportasi tiket dan lainnya, juga mereka yang membiayai," terang dia.


Meski menyumbang suara besar, dan telah mengeluarkan biaya serta tenaga, Rhoma tak juga diangkat sebagai capres dari PKB. Berang, si raja dangdut itu pun akhirnya berbalik arah mendukung Prabowo Subianto sebagai capres.


Hingga saat ini, Rhoma masih disibukkan dengan jadwal kampanye yang padat, mendukung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres.


Topik hangat hari ini:

Pendukung Prabowo cabut gugatan UU Pilpres

Hubungan Mega-Prabowo retak setelah Pilgub DKI?

e-KTP diharapkan bisa atasi kisruh DPT pada Pilpres 2014

Unggul di polling Wall Street Journal, Prabowo disukai asing?

Like us on Facebook | Follow us on Twitter | Follow us on Google+


Sumber: Merdeka.com

Komentar