Merangsang Nasionalisme Lewat Seni


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga orang anak sekolah dasar terlihat saat ingin mengibarkan bendera merah putih. Seorang siswi tampak melipat bendera, sementara dua orang siswa lainnya merapihkan benang kusut.


Tiga orang siswi tersebut berada di dalam sebuah frame gambar, yang dilikis I Gusti Mangu putra, ditahun 2011.


Sementara di bawah lukisan tersebut tertulis harapan ketiga siswa tersebut, saat kemerdekaan Indonesia.


"Dengan peringatan kemerdekaan kita tingkatkan kesejahteraan rakyat dan mutu pendidikan demi tercapainya cita-cita ibu kota yang bebas banjir dan gelandangan dan pengemis dan bebas macet dan tahun depan supaya lulus ujian nasional yang adil dan makmur.'


Lewat pameran bersama yang menampilkan karya seni lukis dan koleksi miniatur otomotif ini, nasionalisme di Tanah Air tak luntur.


"Pertama-tama kita enggak ada bahasa Inggirsnya sama sekali (Galeri Apik). Kita ingin begitu orang masuk ke dalam galeri ini, Nasionalismenya terbentuk," kata Pemilik Galeri Apik Jakarta, Rahmat, di Plaza Radio Dalam 3A, Jakarta Selatan, Selasa (9/12/2014).


Dia berharap agar seniman di Indonesia taraf hidupnya dapat meningkat. Kemudian kepercayaan diri juga meningkat. "Kepercayaan diri masyarakat Indonesia khususnya seniman dapat meningkat," terangnya.


Jika biasanya sebuah pameran menampilkan karya seni lukis atau patung, kali ini digelar pameran yang memadukan antara karya seni lukis dan koleksi miniatur otomotif.


"Ini pertama kalinya di Indonesia, unik dan baru buat para kolektor seni dan kolektor miniatur otomotif sekaligus dalam satu event," terangnya.


Menurut Rahmat, Die Cast seperti miniatur otomotif ini merupakan sebuah karya seni yang punya nilai tinggi.


Dibutuhkan tangan-tangan seniman handal untuk dapat menghasilkan miniatur otomotif yang bernilai seni tinggi. "Die cast ini saya hadirkan sebagai bentuk seni, ini hand made, dibutuhkan seorang artis untuk membuatnya," paparnya.


Di jejeran karya seni lukis, Rahmat menampilkan sejumlah koleksi lawas seniman terkenal milik Affandi, Heri Dono, I Gusti Agung Mangu Putra dan sejumlah seniman besar lainnya. Sedangkan untuk koleksi miniatur otomotif, ada ratusan die cast yang ditampilkan dengan ditata sedemikian rupa sehingga menyatu dengan karya seni lukis.


"Ada berbagai skala yang kami tampilkan, mulai skala 1:43, 1:67, 1:18," jelasnya.


Rahmat menambahkan, dengan menggelar pameran perpaduan bertema Joint 'Visual Exhibition dan Die Cast Classic Cars Collectibles' ini, dirinya juga memberi pesan bahwa dia enggan mengkotak-kotakan sebuah karya seni. Bagi dia, karya seni adalah hasil karya manusia yang memiliki keindahan.


Rahmat mengatakan dirinya tidak takut untuk membandingkan karya seni lukis yang harganya selangit dengan die cast yang sejauh ini belum memiliki standar harga.


"Karya seni lukis atau patung itu kan sebenarnya seperti berharga tinggi karena masuk balai lelang. Sedangkan kolektur miniatur tidak melakukan lelang seperti karya seni lain, ya lelang kecil-kecilan saja," ujar salah seorang pendiri Toy and Model Colector Indonesia (Tomoci) itu.


Rahmat menambahkan, pameran ini diharapkan bisa menempatkan seni pada level yang sama. Sehingga bukan harga yang dilihat, melainkan keindahan dari karya itu sendiri.

Pameran digelar pada 10 Desember 2014 - 10 Januari 2015.


Baca Juga:


Merangsang Nasionalisme Lewat Seni


Bawaslu Kalbar Rapat Bahas Pemilihan Langsung Bupati Melawi 2015


Menaker Hanif Ajak Menteri ESDM Bahas Outsourcing di Sektor Minyak dan Gas Bumi



Komentar